Pasukan presiden terpilih Alassane Ouattara yang melancarkan serangan di Abidjan secara tiba-tiba dituduh melakukan pembantaian di daerah barat Pantai Gading, Sabtu (2/4).
Mantan perdana menteri berusia 69 tahun itu, yang terpilih menjadi presiden dalam pemilu November tetapi dicegah memangku jabatannya karena orang kuat Laurent Gbagbo berkeras menolak melepaskan jabatannya, melancarkan serangan besar-besaran untuk menguasai negara itu Senin.
Dalam satu usaha menguasai ibu kota ekonomi Abidjan, pangkalan terakhir seterunya, salah satu dari pertempuran-pertempuran paling seru terjadi Duekoue, satu kota di persimpangan jalan strategis di wilayah barat yang kacau itu.
Kota itu jatuh, Selasa ke tangan tentara Pasukan Republik yang mendukung Ouattara, dan pada saat itu pertempuran untuk merebut Abidjan mereda, Jumat, laporan-laporan muncul terjadi pembantaian di kota itu.
Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan adanya aksi kekerasan antaretnik, paling tidak 800 orang tewas Selasa, satu tindakan yang mengejutkan baik dalam jumlah maupun kekejamannya.
"Setidaknya 800 orang tewas di Duekoue Selasa," kata juru bicara ICRC di Jenewa, Dorothea Krimitsas dan menambahkan informasi mengenai korban tewas itu dihimpun oleh para wakil ICRC yang mengunjungi daerah itu.
"Tidak diragukan bahwa ada sesuatu yang terjadi dalam skala luas di kota ini, di mana ICRC akan terus mengumpulkan informasi," katanya dan menambahkan wakil-wakil Palang Merah itu melihat sendiri mayat-mayat dalam jumlah banyak. (Ant/OL-9)
Mantan perdana menteri berusia 69 tahun itu, yang terpilih menjadi presiden dalam pemilu November tetapi dicegah memangku jabatannya karena orang kuat Laurent Gbagbo berkeras menolak melepaskan jabatannya, melancarkan serangan besar-besaran untuk menguasai negara itu Senin.
Dalam satu usaha menguasai ibu kota ekonomi Abidjan, pangkalan terakhir seterunya, salah satu dari pertempuran-pertempuran paling seru terjadi Duekoue, satu kota di persimpangan jalan strategis di wilayah barat yang kacau itu.
Kota itu jatuh, Selasa ke tangan tentara Pasukan Republik yang mendukung Ouattara, dan pada saat itu pertempuran untuk merebut Abidjan mereda, Jumat, laporan-laporan muncul terjadi pembantaian di kota itu.
Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan adanya aksi kekerasan antaretnik, paling tidak 800 orang tewas Selasa, satu tindakan yang mengejutkan baik dalam jumlah maupun kekejamannya.
"Setidaknya 800 orang tewas di Duekoue Selasa," kata juru bicara ICRC di Jenewa, Dorothea Krimitsas dan menambahkan informasi mengenai korban tewas itu dihimpun oleh para wakil ICRC yang mengunjungi daerah itu.
"Tidak diragukan bahwa ada sesuatu yang terjadi dalam skala luas di kota ini, di mana ICRC akan terus mengumpulkan informasi," katanya dan menambahkan wakil-wakil Palang Merah itu melihat sendiri mayat-mayat dalam jumlah banyak. (Ant/OL-9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar