Lebih 18 ekor gajah liar saat ini dikabarkan terus berada di sekitar lokasi bangkai induk gajah betina yang ditemukan mati sejak dua hari terakhir di tengah perkebunan perusahaan swasta dekat Desa Petani, Kecamatan Mandau, Bengkalis, Riau.
"Keberadaan 18 ekor gajar seperti mengawasi bangkai induk mereka itu, membuat kebanyakan warga sekitar termasuk juga karyawan yang bekerja di PT Darmaali Jaya Lestari ketakutan karena belasan gajah itu terus berputar-putar di wilayah bangkai dan merusak perkebunan warga," kata Kepala Desa Petani, Rianto, di Bengkalis, saat menghubungi Antara dari Dumai, Minggu (3/4).
Gajah-gajah yang jumlahnya sekitar 18 ekor itu, kata Rianto, terkesan seperti mengawasi bangkai induk gajah yang tewas tergeletak di tengah perkebunan milik perusahaan swasta.
"Kita berharap BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) secepatnya mengevakuasi bangkai gajah yang baunya nggak tanggung ini. Kami mengkuatirkan, jika tidak segera dievakuasi, kawanan gajah lainnya akan mengamuk," kata Rianto.
Lahan yang dirusak oleh kawanan gajah ini kata Rianto, juga terus meluas, jika sebelumnya hanya delapan hektare, saat ini sudah berkisar 10 hektare yang rusak.
"Semua kebun warga disekitar kebuh milik perusahaan yang dirusak gajah-gajah itu terus meluas. Hal itu karena kebun milik warga sawitnya masih berumur dibawah empat tahun," terang dia.
Kalau milik perusahaan tidak dirusak, karena rata-rata sawit sudah berumur diatas delapan tahun sehingga ketinggian buah dan dedaunan tidak lagi terjangkau oleh gajah, kata Rianto.
Sebelumnya pada Sabtu (2/4), pihak BKSDA Provinsi Riau yang bertempat di Pekanbaru berencana menyusul datang ketempat ditemukannya bangkai induk
gajah untuk kepentingan otopsi dan evakuasi bangkai. Namun hingga saat ini
rencana tersebut tidak kunjung terlaksana.
Kepala BKSDA Riau, Kurnia Rauf, mengatakan, rencana otopsi dan evakuasi batal dilaksanakan karena terkendala dana. "Tim BBKSDA yang direncanakan berangkat kemaren (Sabtu,2/4) batal dikarenakan minimnya dana yang tersedia," kata Kurnia. (Ant/OL-9)
mediaindonesia.com
Gajah-gajah yang jumlahnya sekitar 18 ekor itu, kata Rianto, terkesan seperti mengawasi bangkai induk gajah yang tewas tergeletak di tengah perkebunan milik perusahaan swasta.
"Kita berharap BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) secepatnya mengevakuasi bangkai gajah yang baunya nggak tanggung ini. Kami mengkuatirkan, jika tidak segera dievakuasi, kawanan gajah lainnya akan mengamuk," kata Rianto.
Lahan yang dirusak oleh kawanan gajah ini kata Rianto, juga terus meluas, jika sebelumnya hanya delapan hektare, saat ini sudah berkisar 10 hektare yang rusak.
"Semua kebun warga disekitar kebuh milik perusahaan yang dirusak gajah-gajah itu terus meluas. Hal itu karena kebun milik warga sawitnya masih berumur dibawah empat tahun," terang dia.
Kalau milik perusahaan tidak dirusak, karena rata-rata sawit sudah berumur diatas delapan tahun sehingga ketinggian buah dan dedaunan tidak lagi terjangkau oleh gajah, kata Rianto.
Sebelumnya pada Sabtu (2/4), pihak BKSDA Provinsi Riau yang bertempat di Pekanbaru berencana menyusul datang ketempat ditemukannya bangkai induk
gajah untuk kepentingan otopsi dan evakuasi bangkai. Namun hingga saat ini
rencana tersebut tidak kunjung terlaksana.
Kepala BKSDA Riau, Kurnia Rauf, mengatakan, rencana otopsi dan evakuasi batal dilaksanakan karena terkendala dana. "Tim BBKSDA yang direncanakan berangkat kemaren (Sabtu,2/4) batal dikarenakan minimnya dana yang tersedia," kata Kurnia. (Ant/OL-9)
mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar