Selasa, 29 Maret 2011

Anak Demam, Jangan Fobia Dulu


Demam yang terjadi pada anak-anak kerap membuat orang tua panik. Terkadang sikap orang tua juga sering berlebihan menghadapi demam pada anak.

Sikap orang tua ini boleh jadi wajar mengingat tubuh masih rentan sehingga ada gangguan sedikit saja harus diwaspadai. Sayangnya, orang tua terkadang over reaktif dan cenderung fobia.

Orang tua menjadi fobia demam (fever-phobic) dengan mengecek suhu badan anak setiap jam dan memberikan obat penurun panas tiap beberapa jam.

Sebenarnya tidak ada masalah jika seorang anak terkena demam. Bahkan, demam sebetulnya merupakan proses fisiologis dalam tubuh yang bermanfaat dalam proses metabolisme dalam tubuh.

Fobia demam pada orang tua justru dapat menyebabkan anak overdosis karena terlalu sering dicekoki obat penurun panas. Demam sangat mengancam anak bahkan dapat menyebabkan kematian, namun sekarang orang tua harus mulai belajar dan memahami kondisi anak lebih baik lagi, daripada membuatnya terancam karena overdosis.

Dr. Aditya Suryansyah, SpA dari RS Ibu dan Anak Buah Hati, Ciputat yang ditemui detikhealth mengatakan demam dapat berperan sebagai sinyal atau tanda untuk merangsang organ lain memacu mempertahankan keseimbangan organnya dan juga merupakan bagian respon fase akut terhadap rangsangan infeksi, luka atau trauma.

"Walaupun terkadang terlihat merugikan, namun dengan meningkatnya suhu tubuh, maka antibodi tubuh (sitokin) akan bekerja untuk mengatasi segala rangsangan. Bahkan setiap kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius, laju metabolisme tubuh akan meningkat sekitar 10%," ujar dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia tersebut.

Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi atau masuknya zat asing ke dalam tubuh. Demam bukanlah suatu , melainkan gejala dari suatu penyakit. Dengan adanya demam, tubuh diberi sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam tubuh.

Seseorang dikatakan demam apabila suhu badan lebih dari 38 derajat celcius. Gejala yang menyertai demam adalah berkeringat, menggigil, sakit kepala, sakit otot, kehilangan nafsu makan, dehidrasi, badan lemah, demam yang sangat tinggi sehingga dapat menyebabkan halusinasi, kebingungan, mudah marah, kejang-kejang bahkan kerusakan otak.

Seorang ibu biasanya langsung memberikan obat penurun panas segera setelah badan si anak terasa agak panas. Menanggapi hal tersebut, Dr Adit pun menyarankan agar para orang tua memantau baik-baik perilaku si anak, jangan terbawa panik dulu.

Pemberian obat penurun panas tidak harus diberikan bila panas tidak terlalu tinggi (subfebris atau di bawah 38,3 derajat celcius) dan anak merasa nyaman, kecuali bila anak mempunyai riwayat kejang demam.

"Bila suhu badan tidak terlalu panas (hangat-hangat kuku), yaitu sekitar 38 derajat celcius (suhu rectal), anak terlihat tenang dan tetap bermain. Orang tua tak perlu cemas namun harus tetap dipantau. Namun bila anak menunjukkan gejala mulai gelisah, kurang aktif, nafsu makan kurang, bahkan bila panas sangat tinggi dan disertai dehidrasi, atau kesulitan bernafas, orangtua harus segera bertindak dan membawa anak ke dokter atau ke rumah sakit," jelas Dr Adit.

Pengobatan sering diberikan untuk membuat rasa nyaman pada anak dan orang tua, daripada bertujuan membuat keadaan suhu normal. Pemberian penurun panas yang dianjurkan adalah parasetamol, ibuprofen dan aspirin. Namun yang paling sering diberikan adalah parasetamol.

Dr Adit menegaskan bahwa yang pertama kali harus dilakukan orang tua saat anaknya panas adalah ‘Jangan panik’. Selain itu, para orang tua juga sebaiknya menghindari memberikan kompres alkohol atau air dingin.

Alkohol dapat terserap kulit dan dapat iritasi kulit sehingga tidak dianjurkan diberikan pada anak. Kompres dingin dapat menyebabkan anak makin menggigil dan panas tidak turun.

"Bila diberikan kompres dingin, saat kulit anak diraba terasa sudah dingin, padahal itu hanya efek dari air dingin, tetapi dalam tubuh tetap panas," tambahnya.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Dennis Murray dari Michigan State University menyebutkan bahwa 14% orang tua memberikan acetaminophen (tylenol) setiap 3 jam sekali, padahal seharusnya 4 jam sekali. Selain itu, berdasarkan kuesioner tersebut, 68% orang tua mengunakan alkohol dan air dingin untuk meredakan panas.

"Cobalah melihat kondisi anak secara keseluruhan, jangan melihat dari suhu badannya saja," ujar Prof. Dennis yang dikutip dari health24,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar