Kelompok Palestina, Hamas, Sabtu (2/4), menyatakan dukungannya kepada pemerintah Suriah dan mengatakan protes-protes yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kekuasaan Presiden Bashar al Assad harus tidak mengubah sikap penentangan Suriah terhadap Israel.
Dalam reaksi publik pertama terhadap protes-protes yang menuntut kebebasan politik dan pemberantasan korupsi di Suriah yang telah menewaskan sedikitnya 60 orang, kelompok Islam yang didukung Suriah dan Iran itu menyokong sikap resmi Suriah, dengan mengatakan stabilitas Suriah adalah prioritas.
"Kami mengharapkan situasi sekarang akan segera teratasi dan tercapainya aspirasi-aspirasi dan keinginan rakyat Suriah dalam
mempertahankan stabilitas Suriah dan integrasi dalam negerinya dan memperkuat perannya dalam konfrontasi dan penolakan," kata satu pernyataan Hamas.
"Sehubungan semua ini kami menegaskan sikap kami mendukung sahabat Suriah, baik para pemimpin maupun rakyatnya," kata pernyataan itu.
Ada keraguan apakah Hamas, yang membangun satu reputasi sebagai satu gerakan pembebasan di kalangan kelompok-kelompok Palestina, akan mengumumkan dukungan terhadap Suriah dalam apa yang dianggap sebagai kampanye penindasan terhadap kelompok demokrat Suriah.
Pernyataan itu mengatakan Suriah, yang sedang berusaha memulai kembali perundingan perdamaian dengan Israel atas bantuan Amerika Serikat, mendukung Hamas pada saat paling sulit dan sangat kritis. Tidak ada hambatan oleh tekanan dan negara itu menegakkan jalan perlawanan dan penolakan di kawasan itu.
Bashar membanggakan Suriah sebagai pelopor hak-hak asasi manusia Arab, dalam pidatonya, Rabu (30/3). Menyinggung protes-protes itu, Bashar mengabaikan kemungkinan transformasi fundamental sistem politik otokrasi, yang ia jalankan sejak menggantikan ayahnya, Presiden Hafez al Assad (almarhum) tahun 2000.
Hafez al Assad mengusahakan hubungan dengan Hamas sementara pasukannya menumpas Ichwanul Muslimin di Suriah, menewaskan ribuan orang, dan mendukung milisi Lebanon ketika mereka menyerang kamp-kamp Palestina di Lebanon.
Suriah menampung para pemimpin Hamas di pengasingan setelah mereka diusir dari Jordania tahun 1999, termasuk pemimpin kelompok itu Khaled Meshaal, yang kini masih tinggal di Suriah. (Ant/OL-11)
Dalam reaksi publik pertama terhadap protes-protes yang menuntut kebebasan politik dan pemberantasan korupsi di Suriah yang telah menewaskan sedikitnya 60 orang, kelompok Islam yang didukung Suriah dan Iran itu menyokong sikap resmi Suriah, dengan mengatakan stabilitas Suriah adalah prioritas.
"Kami mengharapkan situasi sekarang akan segera teratasi dan tercapainya aspirasi-aspirasi dan keinginan rakyat Suriah dalam
mempertahankan stabilitas Suriah dan integrasi dalam negerinya dan memperkuat perannya dalam konfrontasi dan penolakan," kata satu pernyataan Hamas.
"Sehubungan semua ini kami menegaskan sikap kami mendukung sahabat Suriah, baik para pemimpin maupun rakyatnya," kata pernyataan itu.
Ada keraguan apakah Hamas, yang membangun satu reputasi sebagai satu gerakan pembebasan di kalangan kelompok-kelompok Palestina, akan mengumumkan dukungan terhadap Suriah dalam apa yang dianggap sebagai kampanye penindasan terhadap kelompok demokrat Suriah.
Pernyataan itu mengatakan Suriah, yang sedang berusaha memulai kembali perundingan perdamaian dengan Israel atas bantuan Amerika Serikat, mendukung Hamas pada saat paling sulit dan sangat kritis. Tidak ada hambatan oleh tekanan dan negara itu menegakkan jalan perlawanan dan penolakan di kawasan itu.
Bashar membanggakan Suriah sebagai pelopor hak-hak asasi manusia Arab, dalam pidatonya, Rabu (30/3). Menyinggung protes-protes itu, Bashar mengabaikan kemungkinan transformasi fundamental sistem politik otokrasi, yang ia jalankan sejak menggantikan ayahnya, Presiden Hafez al Assad (almarhum) tahun 2000.
Hafez al Assad mengusahakan hubungan dengan Hamas sementara pasukannya menumpas Ichwanul Muslimin di Suriah, menewaskan ribuan orang, dan mendukung milisi Lebanon ketika mereka menyerang kamp-kamp Palestina di Lebanon.
Suriah menampung para pemimpin Hamas di pengasingan setelah mereka diusir dari Jordania tahun 1999, termasuk pemimpin kelompok itu Khaled Meshaal, yang kini masih tinggal di Suriah. (Ant/OL-11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar