Piala Davis adalah salah satu turnamen tenis yang mengkhususkan pada kompetisi tingkat internasional. Kompetisi ini diadakan oleh International Tennis Federation (ITF). Hampir sama dengan Piala Dunia dalam sepakbola, satu tim dipertemukan dengan satu tim lainnya untuk menjadi juara. Bedanya, untuk Piala Davis kali ini, tenis, padahal Piala Dunia bisa ditemukan di berbagai macam olahraga, paling populer adalah sepakbola. Jika Piala Davis terbagi dalam beberapa grup, Piala Dunia hanya sebagian grup kecil di babak final. Kompetisi ini digagas oleh mahasiswa Universitas Harvard dan penggagas utamanya adalah Dwight F. Davis.
Sejarah Piala Davis :
Turnamen ini digagas pada tahun 1899 dimana tim tenis Universitas Harvard yang semuanya beranggotakan empat orang ingin menantang tim tenis Britania Raya
(dulu namanya Pulau Britania atau British Isles dalam Bahasa Inggris) agar mengadakan kompetisi tenis internasional. Pada saat itu, dimana federasi tenis Amerika Serikat setuju untuk mengadakan kompetisi ini, satu dari empat pemain yang bermain untuk Harvard, Dwight F. Davis, sedang merencanakan format turnamen itu seperti apa. Pada saat itulah, keluar ide untuk memberikan pialanya dari perak dari Shreve, Cump, & Low. Pembuatan piala itu sejatinya memakan biaya dari uang yang diperolehnya sendiri (toh ada urunan untuk membuat piala). Setelah itu, piala tersebut dibuatkan oleh salah satu perusahaan ternama di sana, yaitu Perusahaan William B. Durgin dan dibuatkan oleh orang Inggris yang bekerja di sana, yaitu Rowland Rhodes.William B. Durgin's of Concord, New Hampshire, crafted by the Englishman Rowland Rhodes. Pada akhirnya, Davis menjadi politisi di Amerika Serikat pada dekade 1920-an, bekerja sebagai Sekretaris Perang Amerika Serikat periode 1925-1929 dan Gubernur Jendral Filipina pada tahun 1929-1932.Pertandingan pertama kompetisi ini, yaitu Amerika Serikat melawan Britania Raya diadakan pada tahun 1900. Pertandingan tersebut diadakan di Klub Kriket Longwood yang terletak di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat. Pada saat tersebut, Amerika Serikat yang juga diwakili oleh Dwight Davis memenangkan tiga pertandingan pertama, mengejutkan timnas Britania Raya pada saat itu. Tahun berikutnya, baik Britania Raya maupun Amerika Serikat, tidak mengadakan acara ini. Anehnya, Amerika Serikat memenangkan kompetisi ini pada tahun 1902. Mulai tahun 1905, kompetisi ini ternyata memiliki peminat terbanyak. Buktinya, negara yang terletak di selatannya Indonesia, Australasia (yaitu Australia dan Selandia Baru) sudah mendaftarkan diri. Termasuk juga dalam daftar pendatang baru kompetisi, Belgia, Austria, dan Perancis. Pada kenyataannya, Australasia berkompetisi secara bersama sampai tahun 1914.
Nama turnamen ini adalah "International Lawn Tennis Challenge" (Turnamen Tenis (Rumput) Internasional), sebelum akhirnya dikenal menjadi Piala Davis, diambil dari nama pengusul utamanya, Dwight F. Davis.
Sejak tahun 1950 hingga 1967, Australia mendominasi kompetisi ini, dengan menjadi juara 15 kali dari 18 tahun.
Pemenang yang paling banyak memenangkan kompetisi ini adalah Amerika Serikat dengan 32 kali kemenangan, dibuntuti oleh Australia sebanyak 28 kali (termasuk 4 kali dengan nama Australasia), Britania Raya sebanyak 9 kali (4 diantaranya dengan nama Pulau Britania), Perancis dengan 9 kali (belum tahu apakah Perancis kembali menang [[Piala Davis 2010|tahun ini), dan Swedia dengan 7 kali.
Sebelum tahun 1973, kompetisi ini selalu dimenangkan oleh Amerika Serikat, atau mungkin Britania Raya/Pulau Britania, atau mungkin Australasia (mereka lebih dominan pada saat itu). Dominasi mereka runtuh pada 1974, dimana Afrika Selatan menjamu (bertemu) India, pastinya di Grup Dunia (baru dikenalkan beberapa tahun silam, waktu itu belum ada!). Nah, pada saat itu, setelah tuan rumahnya ditetapkan, yaitu Afrika Selatan, India tidak mau bermain karena mereka melancarkan protes atas politik apartheid (yang membeda-bedakan kulit) yang melanda Afrika Selatan pada saat itu. Alhasil, Afrika Selatan bisa memenangkan pertandingan final tersebut tanpa bertanding (Data yang dikumpulkan sampai tahun 2010 membuktikan bahwa Afrika Selatan tidak pernah bermain di final. Padahal, mereka sebetulnya lolos ke final tetapi menang karena India tidak ingin bermain di seluk beluk politik apartheid). Tahun selanjutnya, negara Eropa lainnya, di luar Britania Raya, yaitu Swedia dan Cekoslowakia bertanding di babak final untuk pertama kalinya. Setelah babak final berlangsung alot, akhirnya Swedia memenangkan pertandingan tersebut dengan skor 3-2 (skor ini berdasarkan hasil pertandingan yang diraih oleh satu pemain melawan satu pemain lainnya (dihitung satu pertandingan dan bernilai satu setiap kali menang dan bernilai nol setiap sekali kalah), dan seterusnya). Dari hasil kemenangan tersebut, terkuaklah fakta yang membuktikan bahwa banyak negara yang mengikuti kompetisi ini yang menang (apalagi debutan, coba lihat Serbia di Piala Davis 2010. Baru 3 tahun merdeka, mereka langsung lolos ke babak final). Berarti, dari hasil pertandingan tersebut, negara lain termotivasi untuk menang. Sampai sekarang, banyak negara yang memenangkan kompetisi ini.
Pada tahun 1989, tie-break diperkenalkan ke kompetisi ini. Hampir semua pertandingan yang skornya 6-6 di setiap set mengadakan tie-break, sehingga tidak ada lagi satu set yang skornya 70-68 (seperti skor pertandingan Isner melawan Mahut di Wimbledon tahun 2010, di set kelima), kecuali di set kelima, dimana ada "advantage set" di situ, jadi tidak ada tie-break (makanya pertandingan terlama tenis sekarang durasinya hampir 12 jam, skor set terakhir seperti yang diceritakan, 70-68, dan berlangsung 3 hari).
Pada tahun dimana kompetisi ini merayakan edisi ke-100, 129 negara berkompetisi dalam even yang mendunia ini. Jumlah negara bisa bertambah jika beberapa negara (yang tergolong baru) mendaftarkan diri untuk mengikuti kompetisi ini. (Wkipedia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar