Penyakit yang ditandai dengan munculnya karies di sekitar gigi seri atas dan gigi geraham besar itu kini banyak ditemukan pada anak usia 3-6 tahun di negara berkembang dengan prevalensi 90 persen.
Menurut peneliti dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Rahmi Ayu, rampan karies disebabkan oleh kurangnya kesadaran para orang tua akan pentingnya menjaga dan menanamkan kesehatan gigi dan mulut sejak usia dini.
"Orang tua yang membiarkan susu botol anaknya tetap berada di rongga mulut sepanjang malam sehingga jumlah air liur (saliva) menurun menyebabkan tidak berhasilnya proses pelarutan dan pembersihan dari asam," kata Rahmi di Yogyakarta, Rabu (10/8/2011).
Ia mengatakan, anak yang tertidur saat meminum susu botol, maka cairan susu akan tertinggal di gigi depan, sehingga rongga mulut menjadi hangat. Hal itu menjadikan terbentuknya asam dan proliferasi bakteri, sehingga rampan karies terbentuk.
"Prevalensi karies pada anak usia satu tahun mencapai lima persen, sedangkan pada anak usia dua tahun sekitar 10 persen, anak usia tiga tahun 40 persen, anak usia empat tahun 55 persen, dan anak usia lima tahun dengan prevalensi 75 persen," tambahnya.
Menurut dia, dari prevalensi tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak Indonesia usia prasekolah terserang rampan karies.
Untuk mengatasi hal itu, promosi kesehatan menjadi salah satu solusi dalam mencegah perkembangan rampan karies. Dalam promosi kesehatan disadari ada beberapa kendala yang dihadapi, terlebih dalam memberikan kesadaran kepada anak usia prasekolah.
Oleh karena itu, kata dia, para tenaga kesehatan perlu melakukan sesuatu yang kreatif dan lebih menarik, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami mereka, yang pada akhirnya kejadian rampan karies anak dapat dikurangi.
Salah satunya melalui modifikasi wayang golek modern sebagai properti edukatif yang digunakan untuk media komunikasi dalam promosi kesehatan gigi dan mulut anak.
Ia mengatakan dipilihnya wayang golek modern sebagai alat komunikasi edukatif karena wayang golek merupakan hasil karya seni budaya Indonesia. Namun, saat ini wayang golek seakan hilang dari peradaban karena maraknya globalisasi dunia sehingga anak- anak tidak lagi mengenal wayang golek sebagai budaya mereka.
Dengan demikian, modifikasi wayang golek modern tersebut efektif dalam menampilkan pesan, sehingga anak tak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga mau mengubah kebiasaan buruknya yang memicu munculnya rampan karies.
"Penelitian itu telah diujicobakan di TK Darma Bakti IV Ngebel Yogyakarta, dan hasilnya modifikasi wayang golek modern mempengaruhi indeks plak dan meningkatkan pengetahuan anak usia prasekolah," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar