Situs i.Playboy.com itu diharapkan bisa menarik lebih banyak 'pembaca' dari generasi baby boomers (orang-orang yang terlahir setelah Perang Dunia II - red) atay bahkan orangtua mereka, yang mungkin masih mengingat artis-artis di masa itu, atau membaca kembali wawancara dengan mendiang John Lennon (The Beatles) maupun Dr. Martin Luther King.
"Dengan adanya layanan ini, pembaca tidak perlu menyimpan 682 edisi Playboy dari 57 tahun lalu di bawah tempat tidur mereka," ujar Jimmy Jellinek selaku Chief Content Officer seperti dilansir Yahoo News, Jumat (20/5/2011).
Peluncuran layanan ini merupakan salah satu cara Playboy mengatasi penurunan penjualan mereka yang cukup signifikan dari 3,15 juta di 2006 menjadi 1,5 juta saat ini. Sebelumnya, Playboy juga sudah mengerahkan berbagai gimmick untuk menarik pembaca. Salah satunya dengan menyertakan kacamata 3D di salah satu edisi agar bisa melihat konten tertentu dengan lebih baik.
Jellinek optimistis layanan USD8 per bulan atau USD60 per tahun ini mampu memikat banyak orang. Apalagi situs ini memungkinkan pelanggan untuk mengenang kembali edisi-edisi awal majalah dewasa terpopuler itu. Meski demikian, dia toh tidak berharap layanan ini bakal mendongkrak pendapatan Playboy secara signifikan. Jellinek mengklaim peluncuran layanan ini lebih merupakan eksperimen untuk pembaca tertentu dengan mengedepankan unsur nostalgia.
"Kami tidak berniat mendapatkan pembaca dalam jumlah besar dan menggerakkan perusahaan secara luar biasa," cetusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar