Para ahli percaya bahwa fenomena yang disebut Barron Britain ini akan meningkat karena wanita masa kini lebih mengejar karier daripada berumah tangga, yang berarti menunda keinginan memiliki anak hingga akhirnya terlambat.
Sebagian ahli menyalahkan kemunculan fenomena lantaran isu feminisme pada 1970-an dan 1980-an yang membuat wanita rela mengorbankan keluarga atas nama kesetaraan. Demikian seperti disitat Dailymail, Kamis (19/5/2011).
Fenomena Barren Britain terungkap dalam studi yang dihelat Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), yang mewakili negara-negara industri.
Peneliti mengamati wanita di 24 negara yang lahir pada 1965masa di mana wanita mulai tersentuh isu feminisme atau ketika meningkatnya jumlah wanita yang menempatkan ambisi karier sebagai prioritas daripada nilai-nilai tradisional keluarga. Itu artinya, tahun ini usia mereka sekira 46 tahun di mana sebagian besarnya akan menyelesaikan masa karier dan mulai memasuki masa menopause.
Temuan menunjukkan bahwa pada tahap kehidupan ini, wanita Inggris yang tidak memiliki anak di Inggris mencapai 19 persen, Italia 24 persen, Jerman dan Finlandia masing-masing 20 persen. Angka tersebut jauh lebih banyak ketimbang wanita di Perancis yang hanya 10 persen. Di Portugal, 5 persen tidak punya anak dibandingkan dengan 12 persen di Spanyol dan 16 persen di Australia dan Amerika Serikat.
Sebuah laporan OECD tahun lalu menyimpulkan bahwa wanita di Inggris lebih menunda keinginan punya anak dibandingkan wanita negara lain yang rata-rata melahirkan anak pertama di usia 30 tahun.
Olivier Thevenon, penulis laporan, mengatakan bahwa hak cuti melahirkan lebih manusiawi di negara-negara seperti Prancis. Hasilnya, wanita di sana lebih mudah untuk menyeimbangkan keluarga dan karier.
"Kelahiran anak pertama menuntun wanita di Inggris untuk tidak bekerja atau bekerja paruh waktu daripada di banyak negara-negara OECD lainnya, termasuk Prancis," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar