Selasa, 05 April 2011

Menanti Kiprah "Mbah Maridjan Baru"


Sejak Mas Ngabehi Suraksohargo atau lebih dikenal dengan Mbah Maridjan meninggal pada letusan Gunung Merapi, Oktober lalu, orang selalu bertanya-tanya, siapa yang akan menggantikannya sebagai juru kunci Merapi.

Empat bulan setelah meninggalnya Mbah Maridjan, Keraton Yogyakarta mulai menyiapkan seleksi pemilihan juru kunci baru. Tim seleksi pun dibentuk sesuai Surat Dhawuh Ayahan Dalem (Surat Perintah Sultan Hamengku Buwono X) Nomor 07/KHPP/ML-II/BE.1944.2011 tanggal 9 Februari 2011 tentang proses seleksi calon juru kunci Gunung Merapi.

Tanggal 5 Maret 2011, seleksi sembilan calon diselenggarakan di Ndalem Joyokusuman. Seleksi disaksikan beberapa pembesar Panitrapura Kawedanan Hageng Keraton Yogyakarta.

”Setelah menerima dan mempelajari laporan, Ngerso Dalem Sampyean Dalem Ingkang Sinuwun (Sultan Hamengku Buwono X) akhirnya menetapkan bahwa juru kunci Gunung Merapi baru adalah Mas Bekel Anom Suraksosihono. Mas Bekel Anom Suraksosihono juga naik pangkat menjadi lurah dengan sebutan Mas Lurah Suraksosihono,” kata GBPH Joyokusumo, Minggu (3/4) di Yogyakarta.

Pengangkatan Mas Bekel Anom Suraksosihono menjadi Mas Lurah Suraksosihono merupakan anugerah istimewa. Sebab, pada kenaikan jenjang biasa, seseorang bergelar Mas Bekel Anom seharusnya naik satu tingkat dahulu menjadi Mas Bekel Tuwo dalam waktu minimal empat tahun.

Di kalangan masyarakat Dusun Kinahrejo, Mas Bekel Anom Suraksosihono yang juga putra ketiga Mbah Maridjan, itu lebih dikenal dengan sebutan Asih (44).

Berbeda dengan Mbah Maridjan, juru kunci baru ini memiliki latar belakang pendidikan. Sehari-hari, ia bekerja sebagai pegawai administrasi di Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia.

Proses seleksi juru kunci Merapi kali ini memang berbeda. Sebelum penetapan juru kunci Merapi, tim seleksi bertemu Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Subandriyo, dan aparat lainnya. Mereka sepakat bahwa juru kunci Gunung Merapi nantinya akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sleman, BPPTK, dan Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi.

Kepala BPPTK Subandriyo menyatakan siap melibatkan juru kunci Merapi dalam upaya mitigasi.

”Tantangan zaman kini sudah berbeda, karakter dan cara berpikir anak Mbah Maridjan juga berbeda. Saya berharap, apabila warga diminta mengungsi saat Merapi aktif, ya mereka harus mengungsi,” kata Sultan.

Menanggapi hal itu, Asih menyatakan, siap berkoordinasi dengan pemerintah dan BPPTK.

Pernyataan Sultan itu kiranya tak lepas dari peristiwa meninggalnya Mbah Maridjan dan sejumlah orang saat erupsi Merapi tahun lalu. Ketika itu, semua warga sudah diimbau untuk mengungsi, tetapi Mbah Maridjan tetap bergeming.

Kini, juru kunci baru sudah terpilih. Asih merupakan sosok yang diharapkan lebih realistis. Maka, marilah kita tunggu saja kiprah si juru kunci baru....
kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar